Selasa, 22 Maret 2011

Post Traumatic Stress Disorder (gangguan stress pasca trauma)

Post Traumatic Stress Disorder (gangguan stress pasca trauma) ditandai oleh cemas (disertai mimpi buruk, iritabilitas, gangguan daya ingat dan konsentrasi, sering terkenang masa lalu, dan depresi) yang dapat terjadi setelah situasi traumatic, misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, kebakaran, ledakan, perang, bencana alam, dll. Keadaan ini dapat mengenai petugas yang terlibat, korban dan orang yang menyaksikan kejadian.
Terdapat gejala gangguan stress pasca trauma yang dominan, berupa : mimpi buruk, perasaan mengalami kembali kejadian traumatis, penghindaran stimulus yang mengingatkan pada trauma dan gejala peningkatan bangkitan seperti mudah marah, kewaspadaan yang berlebihan, adanya respon mudah kaget dan kesulitan konsentrasi. Sebagai tambahan, selama beberapa hari pasien dapat berespons dengan derealisasi, depersonalisasi, dan kondisi seakan sedang terpaku.

Tragedi Tsunami Jepang
Gempa dengan kekuatan 8,9 Skala Richter melanda Jepang pada Jumat 11/3/2011 di Pulau Honshu. Gempa juga dirasakan hampir seluruh daerah di pantai pasifik, termasuk Tokyo dan Osaka. Gempa di Jepang tersebut berpusat di 382 kilometer timur laut Tokyo dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut menimbulkan Gelombang Tsunami setinggi lebih dari 6 meter yang melanda di Pulau Honshu. Kota paling parah terkena dampak Tsunami Jepang adalah Iwaki dan Sedau. Puluhan orang tercatat menjadi korban Tsunami Jepang, korban kemungkinan masih bertambah.
Namun dari beberapa sumber media gempa 8.9 Skala Richter yang memicu tsunami setinggi sekitar 10 meter diperkirakan memakan korban lebih dari 200 orang meninggal. Korban yang ditemukan berada di pantai Sindai, dan Pulau Honshu. Sebagaian lainnya, seperti dikutip dari kantor berita Reuters, masih dinyatakan hilang.

Dampak-dampaknya :
Gejala stress yang datang ketika gempa datang atau ketika bunyi isyarat terdengar dari televise nasional, bahkan ketika mendengar kata “goyang” atau “gempa”. Semula sebagian orang bisa mengatasinya. Namun dengan begitu seringnya terjadi gempa, begitu masifnya tsunami dan sekarang meningkatnya krisis nuklir di Fukushima, para korban mengalami stress. Rasa stress dan khawatir itu tentu tidak hanya menghinggapi orang Jepang, tetapi orang asing juga.
Yang kelihatannya terlewatkan dalam bencana gempa dan tsunami kali ini adalah penanganan aspek sosial dan psikologi dari bencana. Selain tidak adanya tips atau petunjuk pengelolaan aspek kejiwaan dalam situasi krisis bencana dalam buku panduan, menurut salah seorang rekan Jepang, agak cukup sulit pula mendapatkan bantuan tenaga psikolog untuk berkonsultasi seputar penanganan stres dalam bencana. Tenaga psikolog itu ada, tetapi biasanya di wilayah yang terkena dampak bencana paling luas dan parah.
Sekarang ini, di Jepang cukup banyak orang asing yang datang untuk belajar, bekerja, atau berwisata. Selain itu, juga banyak orang Jepang yang lahir, besar, atau pernah tinggal di luar negeri. Orang-orang seperti ini kemungkinan memiliki ambang batas toleransi yang tidak sama dengan orang Jepang yang lahir, besar, dan tinggal di Jepang dalam menghadapi bencana. Secara mental, barangkali orang Jepang biasa umumnya sudah siap dan terlatih sejak kecil menghadapi bencana alam, terutama gempa dan tsunami. Namun, hal yang sama mungkin tidak terdapat pada orang asing atau orang Jepang yang lama berada di luar negeri, terutama di negeri yang aman-aman saja dari gempa dan tsunami.
Warga selamat dari bencana gempa dan tsunami memiliki kemungkinan akan mengalami yang disebut dengan post traumatic stress disorder. Post traumatic stress disorder (PTSD) atau biasa disebut dengan stress pasca trauma adalah gejala yang timbul pada diri yang mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak dan luar biasa. Gejala ini dapat berlangsung dalam hitungan hari,minggu, bulan, bahkan tahun tergantung masing-masing individu dan orang sekitarnya yang mampu mendorongnya untuk bangkit dari gejala ini.
Faktor-faktor dari gangguan stress pasca trauma bencana ini ada dari tekanan lingkungan yang telah hancur yang menimbulkan stress pasca trauma. Selain itu ada juga karakteristik dari stress pasca trauma adalah individu-individu yang pernah mengalami, menyaksikan, dan berhadapan langsung dengan peristiwa yang menyebabkan kematian atau luka serius. Respon yang akan ditimbulkan dari orang yang mengalami gejala ini adalah rasa takut dan ketidakberdayaan. Gejala ini dapat ditangani oleh psikiater dan terapi obat. Gangguan ini tidak dapat hilang tapi sering berkurang seiring waktu bahkan tanpa obat. Tapi tak menutup kemungkinan gangguan ini menyebabkan orang cacat dan tetap mengalami gangguan.
Dari satu media di situs internet menyebutkan bahwa ditemukan satu warga Jepang di Miyagi. Korban tersebut adalah laki-laki sekitar 20 tahun umurnya dan ditemukannya di lantai dua sebuah rumah yang sudah rusak akibat gelombang tsunami tersebut. Kondisi laki-laki itu stabil tapi masih shock dan tidak dapat berbicara. Pria itu dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Contoh ini juga merupakan salah satu contoh jelas terjadinya post traumatic stress disorder di Jepang.
Gempa dan tsunami ini menelan banyak korban, sekitar 7.200 orang tewas dan 11.000 orang hilang dan dampak lain pada jutaan orang. Korban dari bencana ini yang selamat kekurangan air, pasokan listrik, bahan bakar dan makanan serta ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal. Selain ini semua bencana ini merusak reactor nuklir yang membuat banyak orang resah.
Dampak-dampak yang ditimbulkan akibat bencana ini begitu banyak sehingga membuat korban yang selamat merasakan betapa rasa takut dan ketidakberdayaannya sangat besar yang membuat mereka hanya bisa terdiam meratapi semua ini.
Narasumber :
Psikiatri : David A. Tomb
Ensiklopedia Keperawatan : editor Chris Brooker
http://www.poetra-anoegrah.co.cc/2011/03/tsunami-jepang-11-maret-2011-gempa.html
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/03/17/sisi-psikologis-gempa-dan-tsunami-jepang/
kompas.com , jumat 11 Maret 2011.
http://gratnaniezz.blogspot.com/2011/03/post-traumatic-stress-disorder.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar