Sabtu, 12 Maret 2011

Penyesuaian Diri, Pertumbuhan Personal dan Stres

Pengertian Penyesuaian Diri (Adaptasi)

1. W.A Gerungan menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.

Mengubah diri dengan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorag bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas. Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah prilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.

2. Menurut Soeharto Heerdjan “Penyesuaian diri adalah usaha atau prilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi , atau menetralisasi pengaruhnya. Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Tujuan Adaptasi :

1. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar

2. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik

3. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif

4. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain :

a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)

b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali

c. Kompromi (kesepakatan)

Jenis Adaptasi :

a. Adaptasi fisiologik = bisa terjadi secara lokal atau umum.

Contoh : seseorang yang mampu mengatasi stress, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.

b. Adaptasi psikologis = bisa terjadi secara :

- Sadar : individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah

- Tidak sadar : Menggunakan mekanisme Pertahanan diri

- Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik

Mengenai Pertumbuhan Personal (pribadi)

Pertumbuhan Pribadi manusia adalah suatu proses organis dan bukan suatu proses mekanis. Kita tidak lagi berbicara tentang membangun, melainkan tentang mengasuh, tidak lagi tentang melekatkan dasar-dasar melainkan tentang menumbuhkan akar-akar, tidak lagi menanamkan melainkan menstimulasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan secara baik.

Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

Kita sebagai manusia akan selalu mengalami dua aspek pertumbuhan pribadi. Pada satu pihak, kita mempunyai irama dan bobot pertumbuhan pribadi yang sifatnya individual. Irama serta bobot pertumbuhan ini mungkin cepat mungkin lambat, mungkin sehat dan berlangsung secara baik dari tahap yang satu ke tahap lainnya, mungkin sangat menggembirakan dan menghasilkan suatu pribadi yang normal. Namun ada juga orang lain yang irama serta bobot pertumbuhannya kurang baik, kurang sehat, sehingga pribadi yang dihasilkan tidak normal.

Arti Penting Stress dalam Kehidupan Manusia

Stress adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stress merupakan suatu reaksi adapatif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapanya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannnya.

Secara umum factor dari stress digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut.

1. Tekanan fisik: kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang terlalu lama dan sebagainya.

2. Tekanan Psikologis: hubungan suami istri/anak, persaingan antarsaudara/teman kerja, hubungan social lainnya, etika moral dan sebagainya.

3. Tekanan social ekonomi: kesulitan ekonomi, rasiaisme dan sebagainya.

Stress normal sebenarnya merupakan reaksi alamiah yang berguna, karena stress akan mendorong kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan/problem kehidupan. Tetapi dalam kehidupan modern ini, banyaknya persaingan, tuntutan dan tantangan yang menumpuk, menjadi tekanan dan beban stress (ketegangan) bagi semua orang.

Stress dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu. Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Umumnya orang menyadari adanya stress, tetapi ada juga yang tidak. Raksi seseorang dapat bersifat positif atau negative. Reaksi yang bersifat positif jika menimbulkan dampak positif dan menjadi pendorong agar orang berusaha lebih baik. Reaksi tersebut berifat negative, bila terjadi gangguan pada orang itu. Stress dapat berguna. Kita menjadi berpikir dan berusaha lebih baik lagi. Stress dapat mendorong kita untuk meningkatkan diri kita. Yang penting adalah bagaimana kita hidup dengan stress tanpa bereaksi negative.

Berikut lima dampak atau efek positif dari stres.

  1. Mendorong orang berpikir kreatif

Menurut Larina Kase, Ph.D. “Stres sering mendahului atau menyertai suatu terobosan kreatif. Jika pikiran kita benar-benar tenang dan santai, justru tidak perlu alasan untuk melihat hal-hal berbeda. Stres akan meningkat terutama ketika menghadapi hal baru yang terjadi karena perubahan. Hasil akhir dari proses kreatif yang disertai stres akan sedikit mengintimidasi, karena reaksi orang lain,”

  1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Goulston menjelaskan, ketika hormon kortisol atau hormon stres dilepaskan, akan meningkatkan kekebalan tubuh. Itu adalah proses keseimbangan. Meskipun stres jangka pendek dapat menjaga tubuh dari penyakit, ia memperingatkan bahwa terlalu banyak stres dapat menyebabkan kelebihan kortisol. Hal ini bisa memicu obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler.

  1. Membuat Tubuh lebih fit

Olahraga seperti, angkat berat, berjalan atau lari selama 45 menit, bisa membuat tubuh berkeringat. Selain itu, stres juga bisa menjadi olahraga yang baik. “Stres merupakan latihan ringan yang bisa membuat tubuh lebih sehat. Dari perspektif fisiologis, stres ditempatkan sebagai tuntutan, dan bisa membantu latihan menjadi lebih efisien,” kata Matthews.

  1. Membantu memecahkan masalah

Stres bisa jadi penanda untuk memberitahu Anda agar mendengarkan intuisi. Memang sulit mendengar intuisi, ketika Anda berada dalam rasa khawatir dan stres. Sehingga Anda akan “memaksa” diri untuk istirahat, berjalan-jalan, tidur nyenyak atau pergi keluar untuk makan.

  1. Pemulihan

Penelitian menunjukkan hubungan antara stres jangka pendek sebelum bedah atau prosedur medis, membuat pemulihan lebih sukses. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa stres dapat menekan produksi estrogen, pemicu utama perkembangan kanker payudara.

Stres merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, stres seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Meski cukup sering mengganggu, stres tidak perlu selalu dilihat sebagai hal yang negatif, karena dalam hal-hal tertentu, stres memiliki implikasi positif. Eustress adalah "stres dalam arti yang positif", yakni keadaan yang dapat memotivasi dan berdampak menguntungkan.

Referensi :

Drs. Sunaryo , M.Kes : Psikologi untuk Keperawatan

Wismoadi Wahono : Di Sini Kutemukan

LA. Hartono : Kesehatan Masyarakat, STRES DAN STROKE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar