Jumat, 04 Maret 2011

Kepribadian Sehat

Kepribadian Sehat

A. Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Psikoanalisa

Teori psikoanalisa menelaah kepribadian pribadi motif motif tak sadar yang mengarah perilaku. Teori psikoanalisa membahas perkembangan kepribadian. Freud membandingkan pikiran manusia dengan gunung es. Bagian kecil yang tampak si atas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar; bagian yang lebih besar di bawah permukaan air menggambarkan ketidaksadaran gudang impuls, nafsu, ingatan yang tidak terjangkau, yang mempengaruhi pikiran dan perilaku. Bagian ketidaksadaran psike inilah yang berusaha diselidiki Freud melalui tekhnik asosiasi bebas, yang menghendaki orang menyatakan hal-hal yang muncul dalam kesadarannya, tidak peduli apakah hal itu tampak memalukan atau tampak tidak ada artinya. Dengan menganalisis asosiasi bebas, termasuk ingatan tentang mimpi dan kenangan masa kanak-kanak awal, Freud berusaha mambantu pasiennya menyadari hal-hal yang tidak disadari dang dengan cara demikian menemukan faktor penentu utama kepribadian.

Freud yakin bahwa kepribadian tersusun dari tiga sistem utama: id, ego, superego. Setiap sistem mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

1. Id: merupakan bagian yang paling primitive, yang sudah ada sejak lahir. Dari Id inilah ego dan superego berkembang. Id terdiri dari impuls (dorongan) biologis dasar: kebutuhan makan, minum, buang air, menghindari rasa sakit, dan memperoleh kenikmatan seksual.

2. Ego: mengikuti prinsip realitas pemuasan impuls harus di tunda sampai ditemukan kondisi lingkungan yang tepat. Misalnya dengan mempertimbangkan dunia nyata, ego menunda pemuasan impuls seksual sampai diperoleh kondisi yang tepat. Pada dasarnya, ego merupakan badan eksekuif kepribadian yang menetapkan tindakan apa yang tepat, impuls id mana yang akan dipuaskan, dan cara pemuasan apa yang akan diloakukan. Ego menjadi penegah antara tuntutan id, realitas lingkungan dan tuntutan superego.

3. Superego: gambaran internalisasi nilai dan moral masyarakat yang diajarkan orangtau dan oranglain pada anak. Pada dasarnya superego merupakan hati nurani seseorang. Superego menilai apakah suatu tindakan benar atau slah. Id cari kesenangan, ego menguji realitas, dan superego berusaha menjadi sempurna. Superego berkembang sebagai respons terhadap ganjaran dan hukuman orangtua. Superego menggabungkan semua tindakan yang menyebabkan anak di beri ganjaran.

Ego berkembang tidak tergantung dari id dan menampilkan fungsi lain disamping menemukan cara realistic untuk memuaskan impuls id.

Fungsi ego ini adalah:

1. Belajar bagaimana mengatasi lingkungan

2. Member makna pengalaman

Pemuasan ego mencakup eksplorasi, manipulasi, dan kompetensi penampilan.

Teori psikoanalisa menimbulkan dampak yang sangat besar pada konsepsi psikologis dan fisiologis tentang sifsat dasar manusia. Sumbangan Freud yang utama adalah pernyataannya bahwa kebutuhan dan konflik tak sadar memotivasi sebagian besar perilaku kita dan penekanannya pada makna penting pengalaman masa kanak-kana awal dalam perkembangan kepribadian. Penekanannya pada faktor seksual menimbulkan kesadaran tentang peranan faktor tersebut dalam masalah penyesuaian diri dan membuka jalan untuk menelaah seksualitas secara ilmiah. Tetapi Freud mengadakan observasinya pada masa Victorian, ketika standar seksual sangat ketat sehingga dapat dimengerti bahwa sebagian besar konflik pasiennya terpusat pada hasrat seksual mereka. Dewasa ini perasaan bersalah tentang seks tidak begitu sering, tetapi timbulnya penyakit mental kurang lebih tetap sama. Konflik seksual bukan merupakan satu-satunya sebab gangguan kepribadian dan bahkan mungkin bukan merupakan yang utama. Beberapa kritikus juga menyatakan bahwa teori kepribadian Freud hampis seluruhnya didasarkan pada pengamatannya tentang individu yang mengalami gangguan emosional dan mungkin bukan merupakan deskripsi yang tepat tentang kepribadian yang normal dan sehat.

B. Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Behavioristik

Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi yang teramati. Teori ini dicetuskan oleh John B. Watson.

Adapun teori ini terbagi atas 2 bagian yaitu:

a) Teori Kepribadian Klasikal

Kepribadian ini dicetuskan oleh Juan Petrovich Pavlov. Dia menggunakan eksperimen terhadap seekor anjing. Anjing dioperasi sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan dapat ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, respon yang reflektif, yang oleh Pavlov disebut respon yang tidak terkondisi yang disingkat UCR. Apabila anjing mendengarkan bel dan kemudian menggerakan telinganya, ini merupakan respon yang alami. Bel sebagai stimulus yang tidak terkondisi atau UCS dan gerak telinga sebagai UCS.

b) Teori Kepribadian Operan

Dicetuskan oleh Skinner yang membagi tingkah laku dalam 2 tipe yaitu: responden dan operan. Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya refleks. Tingkah laku responden ini ternyata dapat dibentuk melalui proses conditioning atau belajar. Tingkah laku ini bergantung pada reinforcement dan secara langsung merespon stimulus yang bersifat fisik.Tingkah laku operan adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentujan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya. Contohnya : ketika tikus yang dimasukan di dalam peti yang diberi makan untuk berapa waktu lamanya ( tikus menjadi lapar ), dia bertingkah laku secara spontan dan acak, dia aktif, mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku ini bersifat sukarela, tidak dirangsang, dalam arti respon tikus itu tidak dirangsang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.

Kaum behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditioning) dan peniruan.

Skinner dalam menanggapi kritakan mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan (memilih, menetapkan tujuan mencipta) itu sebenarnya terwujud sebagai tingkah laku juga yang berkembangnya tidak berbeda dari tingkah laku-tingkah laku lainnya. Justru tingkah laku inilah yang dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah. Semua ciri yang dimiliki oleh manusia harus dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah. Dibandingkan dengan binatang mungkin manusia adalah binatang yang sangat unik, binatang yang bermoral, namun manusia tidak dapat dikatakan memiliki moralitas. Pendekatan behavioristik tidaklah mendehumanisasikan manusia, melainkan justru memanusiakan manusia, yaitu mengatasi kekerdilan manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang didekati secara ilmiahlah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat manusia dipertinggi.

C. Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Humanistik

Filsuf abad ke-19,Kierkegaard,Heidegger,dan Husserl,dan filsuf abad ke 20,Jaspers dan Sartre,mencapai kesimpulan yang sama tentang kondisi eksistensi manusia.Para eksistensialis ini menganggap bahwa manusia,berhadapan dengan fakta kematian mereka yang selalu ada dan tidak terelakan,senantiasa hidup dalam ketidakpastian mengenai kemenjadian mereka,menurut Kierkegaard hal ini menghasilkan “Kecemasan Eksistensial”(Exixtensial anxiety). Lebih lanjut, seperti halnya Buddha, mereka mengakui bahwa tidak hanya kedatangan kematian yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan,tetapi juga aspek lain dari eksistensi seperti kesendirian dan keterasiangan manusia di dunia, serta ketiadaan tujuan yang hendak dicapai dan makna dalam kehidupan.

Bagi banyak orang,kelahiran manusia ke dunia, kehidupan di dunia, kesendirian, tanpa alasan yang jelas menimbulkan tidak hanya kecemasan namun juga frustrasi dan perasaan hampa. Sering kali, terdapat symptom dari “penyakit jiwa” psikopatologi yang menyebabkan banyak orang dalam masyarakat kontemporer mencari pertolongan kaum professional, pertolongan psikiater, yang sebelumnya mereka mungkin akan mencari bimbingan dari kaum pendeta. Seperti yang ditunjukan Schofield, bahwa psikoterapis semakin banyak dihadapakan pada mereka yang potensial menjadi pasien namun tidak menunjukan tanda-tanda masalah neurotic apa pun, tidak mengeluhkan kegagalan produktivitas atau prestasi kerja, tidak merasa menderita akibat konflik antarpribadi yang serius, merasa bebas dari keluhan penyakit somatic fungsional, tidak dilumpuhkan oleh kecemasan, atau perasaan tersiksa karena obsesi. Para pencari pertolongan ini menderita kebebasan dari keluhan. Ketiadaan konflik,frustrasi dan simtom yang membawa penyakit kesadaran atas ketiadaan-ketiadaan kepercayaan, komitmen, makna, kebutuhan untuk mencari jati diri, nilai-nilai utama, atau tentang kebutuhan hidup nyaman dan penuh makna, setiap hari di hadapan penghujung ketidakpastian. Karena semakin banyak manusia rasional, terdidik dan kaya gagasan, pusat perjuangan beralih menjadi pencarian dan pemeliharaan keseimbangan antara emosional dan psikologis dengan kebingungan dan kemewahaan iman.

Dengan demikian,sebagian Lasch menyatakan, para ahli terapi menjadi sekutu prinsipil manusia dalam perjuangan mereka untuk mencapai ketenangan dan kedamaian jiwa, dan ada harapan untuk kembali mencapai ekuivalen keselamatan modern (the modern equivalent salvation)-“Kesehatan Mental”.

D. Pendapat Allport tentang Kesehatan

Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharusan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Seperti dikemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.

Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar, kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi kearah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali pada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.

Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.

Motivasi Pada Pribadi Yang Sehat

Allport berpendapat bahwa kepribadian yang sehat tidak dibimbing oleh kekuatan-kekuatan tak sadar atau pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, menurut Allport motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon Ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Kita tidak didorong dari belakang oleh kekuatan-kekuatan pendorong dengan akar-akar masa lampau. Allport menulis, “ memiliki tujuan-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari kanak-kanak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”.

“Diri” Dari Orang Yang Sehat

Konsep “diri” (self) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian yang sehat. Baik kata maupun konsep tersebut tampaknya sederhana sampai kita mulai memeriksa bermacam-macam cara bagaimana ahli-ahli teori kepribadian menjelaskan sifat dan fungsinya.

Perkembangan kepribadian Yang Sehat

Allport menerangkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak tertentu yang berbeda antara orang-orang neurotis dan orang-orang sehat , dan ada gunanya kalau menyelidiki pengalaman-pengalaman itu secara singkat. Allport memperhatikan hubungan antara bayi dan ibunya, khususnya dengan banyaknya keamanan dan kasih sayang yang diberikan ibu terhadap anak. Apabila bayi menerima keamanan dan kasih sayang yang cukup, pertumbuhan psikologis yang positif akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri. Anak akan membentuk suatu identitas dan gambaran diri, dan diri akan mulai meluas melampaui orang itu. Dengan semua segi diri pada tempatnya, maka hampir pasti akan muncul seorang dewasa yang sehat dan matang.

Kriteria Kepribadian Yang Matang.

1. Perluasan perasaan diri

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri itu berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi niali-nilai dan cita-cita yang absrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “ partisipasi otentik yang dialkukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalamhubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan teharu. Orang yan sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik.

Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui ”perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.

3. Keamanan emosional

Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tanpa menyerah secra pasif pada kelemahan-kelemahan dan kekurangan tersebut. Misalnya, orang-orang yang matang dapat menerima dorongan seks tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti yang dapat terjadi dengan orang-orang yang neurotis. Orang-orang yang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri dengan diri masyarakat.

Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang disebut allport “ sabar terhadap kekecewaan” hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadapa hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan. Orang-orang yang sehat sabar dalam mengahadapi kemunduran-kemunduran ini; mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan substitusi.

4. Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas

Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan.

Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Komitmen dalam orang-orang yang sehat inibegitu kuat, sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka.

6. Pemahaman diri

Kriterium ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu” tentu merupakan suatu tugas yang sulit. Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidakakan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingika diri(self object tifacition) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Kepribadian sehat mencapai suatu tingkat yang tinggi dari pada orang-orang yang neurotis. ka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.

Orang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksi kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang memiliki wawasan diri yang kurang.

7. Filsafat Hidup Yang Mempersatukan

Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini menberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.

Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat dari pada orang-orang yang neurotis. Jadi, bagi allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah kemasa depan.

Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tidak matang atau neurotis. Suatu suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati anak-anak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatas dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak.

Referensi

1. Helen Graham : Psikologi Humanistik “Dalam konteks social, budaya, dan sejarah”.

2. Nurdjannah Taufiq – Agus Dharma : Pengantar Psikologi Edisi kedelapan Jilid 2

3. Duane Schultz : Psikologi Pertumbuhan “Model-model Kepribadian Sehat”

Nama : Sari Gracelia (14509897)

Nuarindah (10509668)

Amelia Resky (10509599)

Ardiaz Azhar (14509405)

Ratna Suci Dianti (13509792)

Kelas : 2 PA 03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar